ALINEA ATAU PARAGRAF
ALINEA ATAU PARAGRAF
A.
JENIS TULISAN DALAM LARAS ILMIAH
ANALISIS
LATAR BELAKANG BERDASARKAN BAHASA INDONESIA LARAS ILMIAH
Sebagai mahasiswa tentunya harus memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Mahasiswa
tentunya harus memiliki bekal, seperti keterampilan menulis atau keterampilan
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dalam menggunakan ejaan yang
benar, memilih kata dan istilah yang tepat, serta menyusun kalimat
efektif. Selain itu mahasiswa juga harus mampu membuat ide pokok yang
jelas dalam sebuah paragraf dan menyusun paragraf menjadi kohesif dan koheren
sehingga mahasiswa dituntut memiliki pemikiran yang logis. Oleh karena
itu, berikut ini dikemukakan tentang konsep dasar mengenai fungsi dan
bahasa keilmuan, ciri-ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah.
Dalam paragraf di atas terdapat beberapa kalimat yang
tidak menggunakan bahasa indonesia ilmiah. Kalimat tersebut yaitu:
“Mahasiswa tentunya harus memiliki bekal,
seperti keterampilan menulis atau keterampilan menuangkan ide atau gagasan
dalam bentuk tulisan.” kalimat tersebut tidak efektif. Kesalahan tersebut
terlihat dalam penggunaan kata “atau” sehingga kalimat tersebut menjadi boros
tidak sesuai dengan kaidah penulisan kalimat efektif.
“Dalam menggunakan ejaan yang benar,
memilih kata dan istilah yang tepat, serta menyusun kalimat
efektif.” kalimat tersebut tidak memenuhi persyaratan penggunaan kalimat
efektif secara benar, sehingga informasi yang disusun penulis tidak
tersampaikan dengan baik kepada pembaca.
Setelah kalimat di atas di revisi, berikut paragraf
yang benar:
Mahasiswa harus
memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya. Salah satu bentuk keterampilan tersebut adalah keterampilan
menulis. Keterampilan menulis merupakan kemampuan menuangkan ide atau gagasan
dalam bentuk tulisan. Menulis sebuah karya ilmiah harus menggunakan EYD dengan
benar, memilih kata dan istilah dengan tepat, serta menyusun kalimat
efektif. Mahasiswa juga harus mampu membuat ide pokok yang jelas dalam sebuah
paragraf, menyusun paragraf menjadi kohesi dan koheren. Mahasiswa dituntut
memiliki pemikiran yang logis. Oleh karena itu, berikut ini dikemukakan tentang
konsep dasar fungsi bahasa
keilmuan dan ciri-ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah.
B.
EKSPOSISI, ARGUMENTASI, NARASI, DESKRIPTIF
Paragraf Narasi :Menceritakan atau mengisahkan suatu
kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri
peristiwa itu.
Contoh:
Tepat ketika tanggal 10 Maret, sekolahku
libur selama sembilan hari dan akan berakhir pada tanggal 18 Maret. Aku dan
seluruh keluargaku tidak menyia-nyiakan waktu ini untuk mengadakan liburan
keluarga. Ketika itu aku memilih berlibur ke Pantai Parangtritis. Pagi-pagi aku
telah berbenah dan menyiapkan semua perbekalan yang nantinya diperlukan.
Sepanjang perjalanan, aku iringi dengan nyanyian lagu riang. Betapa senangnya
aku ketika sampai di pantai tersebut. Dengan hati suka ria, aku sambut Pantai
Parangtritis dengan senyumku. Pantai Parangtritis, pantai nan elok yang menjadi
favoritku. Tanpa menyia-nyiakan waktu, aku mengajak kakakku untuk bermain air.
Kuambil air dan aku ayunkan ke mukanya. Dengan canda tawa, kami saling
berbalasan. Puas rasanya, terasa hilang semua kepenatan karena kesibukan tiap
harinya. Di sana, aku dan seluruh keluargaku saling berfoto-foto untuk
mengabadikan momen yang indah ini. Tak terasa waktu berjam-jam telah kuhabiskan
disana. Hari pun mulai sore menandakan perpisahan dan kembali pulang. Tak rela
rasanya kebahagiaan ini akhirnya selesai. Dalam benakku, aku kan kembali esok.
Paragraf
Deskripsi:Menggambarkan
sesuatu (objek) secara terperinci atau mendetil sehingga tampak seolah-olah
pembaca melihat, mendengar, dan merasakannya sendiri.
Contoh:
Masih melekat di mataku, pemandangan indah
nan elok pantai Parang Tritis. Gelombang ombak bergulung-gulung datang silih
berganti menyambutku serasa ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir
putih lembut yang menghampar luas tanpa ada tumbuh-tumbuhan atau karang yang
menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Di sebelah kanan-kiri, aku bisa
memandang air laut sejauh mata memandang, pandai dengan bukit berbatu, pesisir
serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Kurasakan dingin membasuh
kakiku karena ombah menghempas kakiku dan terasa asin air itu ketika bibirku
terkena percikan. Sepanjang aku berjalan, hampir pinggiran pantai dipenuhi oleh
pengunjung wisatawan. Kulihat ada yang berlari berkejar-kejaran di bibir
pantai, bermain bola, bermain dengan air, berfoto-foto dengan latar sekitar
pantai. Tapi yang paling membuatku tertarik, kulihat ada beberapa turis manca
negara yang menikmati keindahan pantai ini dengan naik delman. Seperti apa yang
aku lihat, pantai ini memang sangat ramai pengunjung. Tak pernah sunyi pantai
Parang Tritis.
Paragraf
Eksposisi:Menjelaskan atau memaparkan tentang sesuatu dengan
tujuan member informasi (menambah wawasan).
Contoh:
Parangtritis adalah nama desa di kecamatan
Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa ini terdapat pantai
Samudera Hindia yang terletak kurang lebih 25 km sebelah selatan kota
Yogyakarta. Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di
Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan
Glagah. Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada
objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung
pasir yang tinggi di sekitar pantai, gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk.
Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak pemda Bantul dengan cukup baik,
mulai dari fasilitas penginapan maupun pasar yang menjajakan souvenir khas
Parangtritis. Selain itu ada pemandian yang disebut parang wedang konon air di
pemandian dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit
kulit, air dari pemandian tersebut mengandung belerang yang berasal dari
pengunungan di lokasi tersebut. Air panas dari parang wedang dialirkan ke
pantai parangtritis untuk bilas setelah bermain pasir dan juga mengairi kolam
kecil bermain anak-anak. Di Parangtritis ada juga ATV, kereta kuda & kuda
yang dapat disewa untuk menyusuri pantai dari timur ke barat. selain itu juga
parangtritis sebagai tempat untuk olahraga udara/aeromodeling.
Paragraf
Argumentasi:Mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis
dengan disertai bukti dan fakta
Contoh:
Pantai Parangtritis memang memiki
keindahan eksotis yang membuat wisatawan ramai berkunjung, tetapi juga sering
menelan korban. Yang disayangkan, sebagian masyarakat Indonesia masih saja
menganggap peristiwa tersebut berkaitan dengan hal-hal mistis, yakni dikarenakan
Ratu Pantai Selatan meminta tumbal. Padahal, ada penjelasan ilmiah di balik
musibah tersebut. Para praktisi ilmu kebumian menegaskan bahwa penyebab utama
hilangnya sejumlah wisatawan di Pantai Parangtritis, Bantul, adalah akibat
terseret rip current. Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus
balik tidak hanya kuat, tetapi juga mematikan. Jadi, banyaknya korban tenggelam
tidak ada kaitannya sama sekali dengan anggapan para masyarakat. Ali Susanto,
Komandan SAR Pantai Parangtritis, juga menambahkan bahwa disepanjang Pantai
Parangtritis juga banyak terdapat palung (pusaran air) yang tempatnya selalu
berpindah-pindah dan sulit diprediksi. Kondisi inilah yang sering banyak
menimbulkan korban mati tenggelam.
C.
SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF
Dalam pembentukan/pengembangan paragraf,ada beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan, diantranya:
1. Kesatuan
Fungsi
paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam
pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang
dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah
paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua
kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.
2. Kepaduan
Sebuah
paragraf bukanlah sekedar kumpulan kalimat-kalimat yang berdiri
sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan
timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan,
dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis
tanpa hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam
karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai
berikut:
Hubungan
yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya,
misalnya: lebih-lebih
lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya dll
·
Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain
halnya, seperti, meskipun dll
·
Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu
yang sudah disebutkan sebelumnya; misalnya: tetapi,
namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya dll
·
Hubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab
itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi dll
·
Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara
itu, segera, kemudian dll
·
Hubungan yang menyatakan singkatan, misal: ringkasnya,
misalnya, yakni, sesungguhnya dll
·
Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di
sana, dekat, di seberang dll
3. Kelengkapan
Suatu
paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup
menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama.
D.
KALIMAT TOPIK DAN PELETAKANNYA
Ada tiga jenis paragraf berdasarkan peletakan gagasan
utama dalam paragraf tersebut yaitu: paragraf deduktif, induktif, dan
campuran.
Ø Paragraf Deduktif
Paragraf Deduktif adalah paragraf yang diawali dengan
mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama yang bersifat umum kemudian
diikuti kalimat-kalimat penjelas yang bersifat khusus.
Contoh:
Kemauannya
sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu
harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari
ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
Ø Paragraf Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan
kalimat yang berisi penjelasan- penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat
utama. Paragraf Induktif terbagi menjadi tiga yaitu:
ü Generalisasi
Generalisasi adalah suatu pola
pengembangan paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki
kemiripan menuju sebuah kesimpulan. Kesimpulan generalisasi didahului dengan
penalaran generalisasi. Penalaran generalisasi pun dapat digunakan untuk
mengembangkan paragraf. caranya penulis lebih dulu menyajikan sejumlah
peristiwa khusus dalam bentuk kalimat.Kemudian pada bagian akhir paragraf itu
diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa khusus yang
telah disebutkan pada bagian awal. Kalimat terakhir biasanya berisi gagasan
utama paragraf.
Contoh :
Pada hari sabtu, Susi, Amir, dan Ranti
pergi mengunjungi korban bencana banjir di daerah Jakarta Timur. Mereka
mengumpulkan beberapa pakaian, mie, dan makanan ringan untuk dibagikan kepada
korban banjir. Ketiga anak tersebut merupakan siswa yang dermawan dan peduli
pada orang lain.
Yang menjadi penjelasan diatas adalah :
Pada hari Sabtu, Susi, Amir, dan Ranti
pergi mengunjungi korban bencana banjir di daerah Jakarta Timur merupakan peristiwa
khusus.
Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan
dengan penalaran yang logis. Topik utama yang adalah bahwa ketiga anak tersebut
dermawan dan perduli pada orang lain.
Kesimpulannya mereka mengumpulkan beberapa
pakaian, mie, dan makanan ringan untuk dibagikan kepada korban banjir. Ketiga
anak tersebut merupakan siswa yang dermawan dan perduli pada orang lain.
ü Analogi
Analogi merupakan pola penyusunan paragraf
berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama. Pengembangan
paragraf secara analogi ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika sudah ada
persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal yang lain.
Contoh :
Alam semesta berjalan dengan sangat
teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta
jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit
berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada
penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi
sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang
sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya.
Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada
ciptaan-ciptaan-Nya itu .
Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan
mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga
penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia
sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai
pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan
menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat. Contoh :
Jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini
pergi ke dokter karena ia sakit kepala.
Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat,
akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan
sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A
mengakibatkan B. Contoh:
Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata
membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri,
dapat direhabilitasi dan dikendalikan produksi nasional pun peningkat. Ekspor
kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa
bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian kedudukan rupiah menjadi
kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu,
tidak mengIndonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat
yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat
kesimpulan pola sebab-akibat dalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau
faktor penyebab.
Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang
menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya.
Contoh:
Pak Randi tidak pergi ke kantor hari ini, istrinya
sedang membersihkan rumah dari banjir. Oleh karena itu, pak randi tidak masuk
kantor, karena ia dan istrinya terkena bencana banjir.
Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Satu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat.
Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian
seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga
berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan
lain-lain dinaikan harganya. Hal ini karena pemerintah ingin mengurangi subsidi
dengan harapan supaya ekonomi Indonesia berlangsung normal. Karena harga bahan
bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika niaya
angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan
untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan
dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus
diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan masyarakat.
Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang
dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti
kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik. Kalimat topik yang
ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal kalimat.
Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak
dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apapun yang dilakukan manusia pasti
menggunakan sarana pembatas, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang
modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang
ini tanpa adanya sarana komunikasi.
E.
POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF
Pola
umum-khusus (deduktif)
Diawali dengan pernyataan yang sifatnya
umum. Ditandai dengan kata-kata ‘umumnya’, ‘banyak’. Pernyataan tersebut
kemudian dijelaskan dengan pernyataan berikutnya yang lebih khusus.
Contoh:
Memiliki server sendiri memiliki banyak
keuntungan. Salah satunya kita dapat memanfaatkannya secara maksimal. Meskipun
demikian biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar. Biaya untuk hardware saja
sudah di atas Rp 10 juta, belum lagi biaya perbulan. Selain itu kita juga
membutuhkan tenaga professional untuk menjadi operatornya.
Pola
khusus-umum (induktif)
Merupakan kebalikan dari pola deduktif.
Contoh:
Sebagian besar orang tampak berjejer di
pinggir jalan masuk. Sebagian lagi duduk santai di atas motor dan mobil yang
diparkir seenaknya di kiri dan kanan jalan masuk. Kawasan bandara sore ini
memang benar-benar telah dibanjiri lautan manusia.
Pola
definisi luas
Definisi dalam pembentukan sebuah paragraf adalah
usaha penulis untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah kata atau
hal. Penulis dapat mengemukakan hal yang berupa definisi formal, definisi
dengan contoh dan keterangan lain yang bersifat menjelaskan arti dari sutau
kata.
Pola proses
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan
untuk menciptakan atau menghasilkan suatu peristiwa.
Contoh:
Pohon anggur selain airnya dapat diminum,
daunnya pun dapat digunakan sebagai pembersih wajah. Caranya, ambillah daun
anggur secukupnya. Lalu tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan
air secukupnya. Tunggu sampai mendidih. Setelah ramuan mendingin, ramuan siap
digunakan. Oleskan ramuan pada wajah, tunggu beberapa saat, lalu bersihkan.
Pola
kausalitas (sebab-akibat; akibat sebab)
Dalam pola ini sebab bertindak sebagai gagasan utama,
sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya. Namun demikian, susunan
tersebut bias juga terbalik. Akibat dapat berperan sebagai gagasan utama,
sedangkan sebab menjadi rincian pengembangannya.
Contoh:
Beberapa pohon di kebun tidak mau
berbungan seperti tanaman yang lain. Padahal pohon tersebut sudah disiram
dengan rutin. Pemberian pupuk juga dilakukan seminggu sekali. Setelah diperiksa
ternyata pohon tersebut tidak mendapat cahaya matahari karena terhalang oleh
pohon besar yang ada di sampingnya.
Pola
ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi
atau contoh-contoh yang nyata. Ilustrasi tersebut dipakai untuk menjelaskan
maksud penulis.
Contoh:
Sebelas tahun lalu Indonesia mengimpor
gerbong kereta api dari Perancis. Gerbong tersebut tampak mentereng karena
dilengkapi dengan alat-alat conditioning. Namun dimanakah sekarang
gerbong-gerbong itu? Ternyata sudah banyak yang rusak. Gerbong-gerbong itu kini
hanya dipakai dalam trayek tingkat tiga untuk mengangkut anak-anak sekolah dan
para petani dari desa ke kota. Siapa yang salah? Penumpangnya atau pegawai PT
KAI? Itulah contoh penggunaan teknologi yang tak dibarengi SDM yang memadai,
sehingga teknologi pun lekas rusak sebelum waktunya.
Pola
pertentangan atau perbandingan
Pola ini digunakan ketika membahas dua hal berdasarkan
persamaan dan perbedaannya.
Contoh:
Pemerintah telah menyediakan listrik
dengan tarif yang murah. Setiap orang dapat menjadi pelanggan dengan tidak
banyak mengeluarkan biaya. Berbeda halnya dengan petromaks. Meskipun sama-sama
membutuhkan bahan bakar, tetapi energi yang dihasilkan petromaks sangat kecil
jika dibandingkan dengan pembangkit listrik biasa. Petromaks hanya digunakan di
desa-desa, sedangkan listrik terdapat di kota-kota.
Pola
analisis
Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau
agagsan yang umum ke dalam perincian yang lebih logis. Dalam pola ini ada
bagian yang dianalisis yang terletak di awal paragraf dan yang menganalisis
terletak setelahnya.
Contoh:
APBN 2001 menghadapi tekanan yang berat.
Tekanan itu pada dasarnya berkaitan dengan tiga faktor. Pertama, memburuknya
lingkungan ekonomi makro. Kedua, tidak dapat dilaksanakannya secara optimal
kebijakan fiscal di bidang perpajakan, bea cukai, dan pengurangan subsidi BBM.
Ketiga, adanya pembatalan sebagian pencairan pinjaman untuk biaya pembangunan.
Pola
klasifikasi
Merupakan sebuah proses untuk mengelompokkan hal atau
peistiwa atau benda yang dianggap punya kesamaan-kesamaan tertentu.
Contoh:
Ikan air tawar terbagi ke dalam tiga golongan,
yakni ikan peliharaan, ikan buas, dan ikan liar. Ikan peliharaan terdiri atas
ikan-ikan yang mudah diperbanyak. Contohnya: ikan bandeng, ikan mas, ikan
gurami, dan lain-lain. Ikan buas memiliki sifat jahat terhadap ikan-ikan lain.
Contohnya: ikan gabus dan ikan lele. Ikan liar, meskipun jarang dipelihara,
tetapi memiliki keuntungan secara ekonomis. Contohnya: ikan paray, ikan bunter
dan ikan ikan jeler.
Pola
seleksi
Penggambaran objek tidak dilakukan secara utuh, tetapi
dipilih secara perbagian berdasarkan fungsi, kondisi, atau bentuk.
Contoh:
Sejak suaminya terpilih menjadi ketua
partai politik, ia memutuskan untuk mengubah penampilannya. Kini ia lebih
banyak mengenakan busana panjang yang sopan. Namun demikian kesan modis tak
pernah ditinggalkan. Untuk menghadiri jamuan makan malam, ia mengenakan busana
bergaya Thailand. Untuk acara formal, atasan model jas berlengan panjang dan
rok span menjadi favoritnya. Untuk santai, ia memilih busana model sackdress.
Pola
sudut pandang atau titik pandang
Merupakan tempat pengarang melihat atau menceritakan
suatu hal. Sudut pandang diartikan sebagai penglihatan seseorang atas suatu
barang. Misalnya dari samping, dari atas, atau dari bawah. Sebagai orang
pertama, orang kedua, atau orang ketiga.
Contoh:
Dengan tersipu Imas dan Jaka menghalau
kerbau mereka ke sungai. Bersama-sama mereka memandikan kerbaunya. Mereka pun
sama-sama mandi. Namun hal itu tidak lama karena hari sudah senja. Ayah Imas
melinting rokok di depan gubuk kecilnya semabrai menunggu Imas pulang.
Malam pun terasa mulai sunyi. Dari tepi hutan terdengar lolongan anjing.
Pola
dramatis
Dalam pola ini cerita tidak disampaikan secara
langsung, tetapi dikemukakan melalui dialog-dialog. Hal yang membedakannya
dengan pola sudut pandang adalah cara penyampaiannya.
Contoh:
Ayah Imas mengangguk. Diisapnya lagi sisa
rokoknya dalam-dalam. “Ayo, silakan!” ujar Pak Somad sembari menyodorkan kotak
tembakau. “Terima kasih, ini sudah cukup. Lagi pula hari sudah larut, saya mau
pamit pulang.” ujar Ayah Imas.
SUMBER :
https://ajengtriansari.wordpress.com/2013/07/21/syarat-syarat-pembentukan-dan-pengembangan-paragraf/
Comments
Post a Comment